Motivasi & Inspirasi

Friday, 17 February 2017

Kebaikan Yang Terlupakan

Kebaikan merupakan suatu perpaduan! Dia gabungan antara isi dan cara penyampaian. Kalau dalam istilah pemasaran harus ada keserasian antara isi dan kemasannya. Jika salah satu dari keduanya jelek, maka respon pasar pun juga akan jelek. Sama halnya dengan kebaikan yang kita lakukan harus dengan sepenuh hati, iklas dan tingkah laku yang baik. Namun saat ini, orang memandang kebaikan layaknya kertas putih yang diberi titik hitam. Apa yang akan kita lihat? Pasti mata akan terjuju pada titik hitam tersebut. Orang hanya memandang kesalahan kecil diantara ribuan kebaikan. Itu artinya satu kesalahan akan menggugurkan seribu kebaikan dari pandangan orang. 

Pasti kita pernah merasakan ketika kebaikan kita tidak dihargai, kebaikan kita dipandang dengan sebelah mata, kebaikan kita diremehkan, bahkan kebaikan kita tidak dianggap sama sekali dan dilupakan oleh orang lain. Lebih parahnya lagi, ketika kita selalu mencoba untuk berbuat baik, dan pada suatu ketika kita melakukan satu kesalahan dan keselahan terebut menyebar luas ke orang lain. Bagaimana pandangan orang lain terhadap kita? Masih kah kebaikan kita dihargai? Masihkan kebaikan kita dipandang baik? Nyatanya saat ini adalah TIDAK. 

Kita sering melihat kebaikan seseorang dalam menolong orang lain. Terkadang kita kagum melihat kebaikannya. Tatkala ia berbuat kesalahan, semua kebaikannya musnah begitu saja dimata orang lain. Saya, anda, kalian, mereka, pasti pernah merasakan hal yang seperti ini kan? Kita kesal, hingga tidak ingin berbuat baik pada siapapun. 

Terkadang orang bersikap sok suci, menganggap dirinya tidak pernah melakukan kesalahan apapun, menganggap dirinya bisa hidup tanpa kebaikan jasa orang lain. Sehingga menganggap remeh kebaikan seseorang hanya karena ia berbuat satu kesalahan. Masih kah kita punya hati? Dimana letak hati kita dalam memaafkan kesalahan seseorang dan perasaan kita dalam menghargai kebaikan orang lain? Apakah kita sudah sangat suci, tidak ada noda hitam dihati kita? 

Mari introspeksi diri kita masing-masing. Sejauh apa sudah kita melangkah dan sebanyak apa kesalahan yang pernah kita lakukan.
Biasakan menjadi orang yang memaafkan dan tidak melupakan kebaikan orang lain. Kombinasikan antara pikiran dan perasaan sehingga kita bisa meyakinkan diri kita bahwa sebesar apapun kesalahan yang dilakukan seseorang, jangan pernah menghilangkan kebaikan yang pernah ia lakukan kepada kita. Kebaikan tetaplah kebaikan. Dan orang yang lupa pada kebaikan orang lain disebut Laim, tak tau balas budi.
Jika kita adalah orang yang pernah merasakan kebaikannya tidak diharagai dan dilupakan hanya karena kesalahan kecil atau fitnah, tidak perlu menyusutkan hati untuk terus berbuat kebaikan. Belum tentu ada orang yang rela menyisihkan waktunya untuk menolong dan membantu orang lain. Teruslah berbuat baik, jangan pernah bosan. Karena kelak kita akan membutuhkan bantuan orang lain. Ada hal yang memang tidak bisa kita hadapi sendiri. Setiap manusia tidak luput dari kesalahan. Selama itu bisa membuat orang lain bahagia, lanjutkan hingga engkau juga merasakan bahagia karena melihat orang lain bahagia. Janganlah menjadi orang yang kesalahannya terus dimanfaatkan. Tapi jadilah orang yang bermanfaat hingga kamu bosan berbuat kesalahan. Walaupun kita tidak luput dari kesalahan.
Hargai setiap kebaikan dari sipapun yang pernah ia lakukan kepada kita. Jangan lihat besar kecilnya kebaikan yang dia perbuat, namun lihat sebesar apa manfaatnya bagi diri kita. Walau hanya sekedar kata semangat, sekedar motivasi, sekedar menolong hal yang ringan, tapi apakah kalian sadar, berapa banyak orang diluar sana yang rela menyisihkan waktunya untuk menolong mu? 

Mulai sekarang, belajarlah untuk menghargai dan mengingat kebaikan orang lain. Jika kamu punya teman yang kebaikannya pernah kamu lupakan karena suatu pertengkaran, mulai sekerang, ambil hp kamu, coba untuk hubungi dia, sekedar basa basi menanyakan kabarnya. Akankah dia meladenimu lagi seperti dulu? Mungkin iya, mungkin saja tidak. Allah Ta’ala membantu hamba Nya dengan perantara. Jadi, hargai semua kebaikan yang mengalir dalam dirimu. Jika tangan berat untuk membalas jasa, setidaknya gunakan lisan untuk mengucapkan terima kasih.

Belajarlah untuk memaafkan orang lain. Allah Ta’ala saja Maha Pemaaf. Masa hamba Nya keras hati untuk memaafkan?? Sehebat apa diri kita dibandingkan Allah Ta’ala hingga melupakan dan tak menghiraukan orang lain? Semoga kita tergolong ke dalam hamba yang tidak pernah bosan berbuat kebajikan dan saling maaf memaafkan.  

Artikel Dari Coffee Break:
Terkadang kita butuh kaca yang besar, untuk lebih bisa melihat sesuci apa diri kita sebelum kita mencari dan menilai kesalahan orang lain. Dan terkadang kita juga butuh air mata, untuk menyesali dan merindukan kebaikan seseorang yang pernah kita lupakan dan tidak akan pernah datang untuk kedua kalinya dalam hidup kita” 
---Iqbal Fahrezi---  






2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Janganlah menjadi orang yang terus dimanfaatkan. Tapi jadilah orang yang bermanfaat hingga kamu bosan untuk berbuat kesalahan" dua kalimat yang menurut saya menjadi kunci dari artikel diatas semoga bisa diterapkan dalam kehidupan. Kerena sejatinya setiap orang membenci setiap bentuk kesalahan (bahkan oleh aktornya sendiri) dan setiap orang mendambakan jadi pribadi yg bermanfaat. Excellent 👍

    ReplyDelete