Kebaikan merupakan
suatu perpaduan! Dia gabungan antara isi dan cara penyampaian. Kalau dalam
istilah pemasaran harus ada keserasian antara
isi dan kemasannya. Jika salah satu dari keduanya jelek, maka respon pasar pun juga akan jelek. Sama halnya dengan kebaikan yang kita lakukan harus
dengan sepenuh hati, iklas dan tingkah laku yang baik. Namun saat ini, orang
memandang kebaikan layaknya kertas putih yang diberi titik hitam. Apa yang akan
kita lihat? Pasti mata akan terjuju pada titik hitam tersebut. Orang hanya
memandang kesalahan kecil diantara ribuan kebaikan. Itu artinya satu kesalahan
akan menggugurkan seribu kebaikan dari pandangan orang.
Pasti kita pernah merasakan ketika
kebaikan kita tidak dihargai, kebaikan kita dipandang dengan sebelah mata,
kebaikan kita diremehkan, bahkan kebaikan kita tidak dianggap sama sekali dan
dilupakan oleh orang lain. Lebih parahnya lagi, ketika kita selalu mencoba
untuk berbuat baik, dan pada suatu ketika kita melakukan satu kesalahan dan
keselahan terebut menyebar luas ke orang lain. Bagaimana pandangan orang lain
terhadap kita? Masih kah kebaikan kita dihargai? Masihkan kebaikan kita
dipandang baik? Nyatanya saat ini adalah TIDAK.
Kita sering melihat kebaikan
seseorang dalam menolong orang lain. Terkadang kita kagum melihat kebaikannya.
Tatkala ia berbuat kesalahan, semua kebaikannya musnah begitu saja dimata orang
lain. Saya, anda, kalian, mereka, pasti pernah merasakan hal yang seperti ini
kan? Kita kesal, hingga tidak ingin berbuat baik pada siapapun.
Terkadang orang bersikap sok
suci, menganggap dirinya tidak pernah melakukan kesalahan apapun, menganggap
dirinya bisa hidup tanpa kebaikan jasa orang lain. Sehingga menganggap remeh
kebaikan seseorang hanya karena ia berbuat satu kesalahan. Masih kah kita punya
hati? Dimana letak hati kita dalam memaafkan kesalahan seseorang dan perasaan
kita dalam menghargai kebaikan orang lain? Apakah kita sudah sangat suci, tidak
ada noda hitam dihati kita?
Mari introspeksi diri kita
masing-masing. Sejauh apa sudah kita melangkah dan sebanyak apa kesalahan yang
pernah kita lakukan.
Biasakan menjadi orang yang memaafkan
dan tidak melupakan
kebaikan orang lain. Kombinasikan antara pikiran dan perasaan sehingga kita
bisa meyakinkan diri kita bahwa sebesar apapun
kesalahan yang dilakukan seseorang, jangan pernah menghilangkan kebaikan yang
pernah ia lakukan kepada kita. Kebaikan tetaplah kebaikan. Dan orang yang lupa
pada kebaikan orang lain disebut Laim, tak tau balas budi.
Jika kita adalah orang yang
pernah merasakan kebaikannya tidak diharagai dan dilupakan hanya karena
kesalahan kecil atau fitnah, tidak perlu menyusutkan hati untuk terus berbuat
kebaikan. Belum tentu ada orang yang rela menyisihkan waktunya untuk menolong
dan membantu orang lain. Teruslah berbuat baik, jangan pernah bosan. Karena
kelak kita akan membutuhkan bantuan orang lain. Ada hal yang memang tidak bisa
kita hadapi sendiri. Setiap manusia tidak luput dari kesalahan. Selama itu bisa
membuat orang lain bahagia, lanjutkan hingga engkau juga merasakan bahagia
karena melihat orang lain bahagia. Janganlah menjadi orang yang kesalahannya
terus dimanfaatkan. Tapi jadilah orang yang bermanfaat hingga kamu bosan
berbuat kesalahan. Walaupun kita tidak luput dari kesalahan.
Hargai setiap kebaikan dari
sipapun yang pernah ia lakukan kepada kita. Jangan lihat besar kecilnya
kebaikan yang dia perbuat, namun lihat sebesar apa manfaatnya bagi diri kita. Walau
hanya sekedar kata semangat, sekedar motivasi, sekedar menolong hal yang
ringan, tapi apakah kalian sadar, berapa banyak orang diluar sana yang rela
menyisihkan waktunya untuk menolong mu?
Mulai sekarang, belajarlah untuk
menghargai dan mengingat kebaikan orang lain. Jika kamu punya teman yang
kebaikannya pernah kamu lupakan karena suatu pertengkaran, mulai sekerang,
ambil hp kamu, coba untuk hubungi dia, sekedar basa basi menanyakan kabarnya. Akankah
dia meladenimu lagi seperti dulu? Mungkin iya, mungkin saja tidak. Allah Ta’ala
membantu hamba Nya dengan perantara. Jadi, hargai semua kebaikan yang mengalir
dalam dirimu. Jika tangan berat untuk membalas jasa, setidaknya gunakan lisan untuk mengucapkan terima kasih.
Belajarlah untuk memaafkan orang lain. Allah Ta’ala saja Maha Pemaaf.
Masa hamba Nya keras hati untuk memaafkan?? Sehebat apa diri kita dibandingkan
Allah Ta’ala hingga melupakan dan tak menghiraukan orang lain? Semoga kita
tergolong ke dalam hamba yang tidak pernah bosan berbuat kebajikan dan saling
maaf memaafkan.
Artikel Dari Coffee Break:
Artikel Dari Coffee Break:
“Terkadang kita butuh kaca yang besar, untuk lebih bisa melihat sesuci
apa diri kita sebelum kita mencari dan menilai kesalahan orang lain. Dan
terkadang kita juga butuh air mata, untuk menyesali dan merindukan kebaikan
seseorang yang pernah kita lupakan dan tidak akan pernah datang untuk kedua
kalinya dalam hidup kita”
---Iqbal
Fahrezi---
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteJanganlah menjadi orang yang terus dimanfaatkan. Tapi jadilah orang yang bermanfaat hingga kamu bosan untuk berbuat kesalahan" dua kalimat yang menurut saya menjadi kunci dari artikel diatas semoga bisa diterapkan dalam kehidupan. Kerena sejatinya setiap orang membenci setiap bentuk kesalahan (bahkan oleh aktornya sendiri) dan setiap orang mendambakan jadi pribadi yg bermanfaat. Excellent 👍
ReplyDelete