Terkadang
inti dari hidup adalah tentang seberapa kuat kita menerima kekurangan yang kita
miliki. Tidak sedikit dari kita yang selalu mengkeluh-keluhkan kekurangan kita.
Bahkan terkadang itu bukan kekurangan, hanya saja kita yang selalu merendah dan
tidak ingin lebih maju dari orang lain. Kita pasti sering mengalami putus asa,
gagal, jatuh akibat keterbatasan yang kita miliki. Bahkan sebahagian dari kita
menganggap bahwa keterbatasan atau kekurangan yang ia miliki hanya masa bodo.
Namun sebaliknya, ada seseorang yang sangat mengeluh akan kekurangannya
sehingga ia merasa dirinya tidak bisa berbuat apapun karena alasan “tidak
bisa”.
Menerima
kekurangan diri, memang tidak mudah. Bagi saya bahkan lebih mudah menuliskannya
dari pada menerapkannya. Akan tetapi, proses belajar itu tidak boleh berhenti
karena tanpa belajar, kita tidak akan tau dan tidak akan mampu melakukan, serta
mencapai sesuatu. Belajar merupakan proses berupaya untuk dapat memahami dan
menerima, termasuk belajar menerima kekurangan diri. Lalu bagaimana caranya?
Saya pun masih belajar dan mencoba berbagi lewat tulisan ini.
Memang
benar, tidak ada manusia yang sempurna, hanya ada manusia yang merasa sempurna
dan ingin terlihat sempurna. Ungkapan ini begitu bermakna untuk menyadarkan
kita tentang kekurangan diri. Kelebihan dan kekurangan merupakan dua sisi dalam
fitrah kemanusiaan yang saling melengkapi. Namun, seringkali kita tidak dapat
menerima kekurangan diri sendiri dan tidak mau memahami kekurangan orang lain.
Kekurangan lebih sering diapresiasi dengan perasaan dan pikiran negatif,
sehingga banyak orang yang membenci kekurangan diri dan menganggap kesempurnaan
sebagai faktor mutlak untuk mencapai kebahagiaan.
Kita diciptakan
untuk berjuang menempuh jalan hidup kita masing-masing dengan apa yang kita
miliki dan cara kita sendiri. Namun seperti yang kita ketahui bahwa hidup tidak
semulus jalan tol. Akan ada saat di mana kita harus terjatuh dan kalah dengan
keadaan. Pada saat itu kita akan di uji dalam menanggapi apa yang sedang kita
hadapi. Tidak sedikit dari kita akan memilih untuk meninggalkan apa yang tidak
mampu ia lakukan dengan alasan keterbatasannya. Ketika kita berpikir demikian,
mulai timbul rasa putus asa sehingga tidak ada satu hal pun yang dapat kita
lakukan karena kita hanya meyakini bahwa kita tidak mampu.
Dalam
syukur itu ada kesabaran. Untuk bisa menerima kekurangan, perlu kesabaran dan
pengertian. Kesabaran berarti ketulusan dalam berupaya dan berserah diri. Pengertian
akan tumbuh sejalan dengan rasa menghargai. Menghargai diri sendiri dan orang
lain merupakan pengakuan bahwa ada sisi kelebihan yang bisa kita manfaatkan
untuk membuat diri kita berguna, serta masih banyak orang lain yang melebihi
kita dalam segala hal. Penghargaan yang tulus merupakan wujud penerimaan dan
syukur atas keadaan diri kita, sehingga kita dapat bersikap bijaksana, tidak
merasa inferior dengan kekurangan diri, tidak underestimate terhadap kekurangan
orang lain dan tidak dengki atas kelebihan orang lain.
Bagi
saya, semuanya butuh proses dan keteguhan hati untuk terus berupaya. Hanya
orang yang mau menyadari dan mau berusaha yang akan mendapatkan pembelajaran
tentang banyak hal, bahkan keberhasilan dan manfaat dari keberhasilan tersebut.
Belajar menerima kekurangan diri dapat kita jadikan bagian dari manajemen
hidup kita, sekaligus proses belajar memanusiakan diri kita dan orang lain.
Qoutes :
“Maka dari itu nikmatilah apa
yang ada di dalam dirimu. Engkau lemah bukan berarti tidak bisa melakukan
apa-apa. Tapi engkau lemah jika tidak melakukan apa-apa.” --Iqbal Fahrezi--
0 komentar:
Post a Comment