Sebagai seorang anak
terkadang kita selalu menyalah artikan tentang impian orang tua kita yang
sebenarnya. Terkadang juga kita menganggap apa yang kita capai itu sudah cukup
untuk membuat kedua orang tua kita bahagia. Apakah kita pernah bertanya pada
diri sendiri, mungkinkah ini yang mereka inginkan dari anaknya? Lulus kuliah,
menjadi seorang pejabat, menjadi orang yang kaya raya, telah berumah tangga.
Lantas apakah kita pernah bertanya kepada kedua orang tua kita, apakah hal
tersebut sudah cukup membuat keduanya bahagia? Apa impian orang tua kita yang
sebenarnya terhadap anak-anaknya?
Ketika kita lulus sekolah dengan nilai yang bagus dan telah wisuda dengan prestasi yang memuaskan kita merasa senang karena kita sudah berhasil membahagiakan kedua orang tua kita yang telah menyekolahkan kita hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Namun di mata kedua orag tua kita ini hanya lah awal dari sekian banyak proses yang akan kita lalui nanti. Mereka menginginkan kita bertanggung jawab atas ilmu yang kita miliki. Orangtua hanya berharap kita bisa mengamalkan ilmu yang diperoleh dan mempertanggungjawabkan gelar pendidikan yang kita dapatkan.
Saat mendapatkan pekerjaan yang layak, menjadi pejabat kaya raya, kita merasa bangga dan senang karena telah membuat keduanya bahagia dengan mengirimkan uang setiap bulannya, kita merasa bangga atas orang tua kita yang tidak sia-sia menyekolahkan anaknya hingga kita bisa melangkah sejauh ini dan membuat orang tua bangga atas pekerjaan yang kita miliki. Tapi apakah itu sudah membuat keduanya merasa cukup senang? Orang tua kita tak mengharapkan kita jadi orang kaya, orang pintar, hinga kita menjadi anak yang sombong,, keduanya hanya ingin anaknya baik hati, taat beragama dan selalu mendoakan keduanya dimanapun ia berada. Orangtua ingin anaknya diterima oleh lingkungan, bisa beradaptasi dan memiliki cukup teman.
Ketika kita ditanyakan tentang impian oleh kedua orang tua kita, dengan percaya diri kita menjawab “Impian terbesarku adalah menjadi orang sukses hingga ortuku berkata "itu anakku… yang susah payah aku menghidupinya kini menjadi orang berhasil,, Ya Allah, kami adalah orang yang paling beruntung...". Apakah dengan jawaban seperti itu keduanya merasa cukup? Namun apa impian-impian keduanya terhadap kita sebagai seorang anak?
Impian terbesar orang tua pada umumnya adalah dapat mempunyai anak yang mau meluangkan lisannya, hatinya untuk mendoakan kedua orang tuanya jika keduanya telah tiada, mempunyai anak yang tak zalim pada sesama, tak malu berbuat baik, takut akan perilaku yang dilarang agama, orang tua ingin anak yang sholeh dan sholehah baik untuk dirinya, lingkungannya dan agamanya. Itu saja. Tidak lebih.
Saat kita sudah
menikah kita selalu mengatakan bahwa kita menyayangi kedua orang tua kita,
namun mereka hanya terdiam sedih mendengar kata-kata itu. Tak mampu berucap,
hanya kantup mata yang berairan, sambil memeluk. Ungkapan cinta mereka tak
hanya di mulut,, hati mereka terlekat dalam mencintai anaknya. Seperti lekatnya
daging pada tulang.
Saat kita telah
berumah tangga kita merasa bosan terhadap sikap ibu kita yang selalu menelpon,
selalu menanyakan kabar keluarga kecil kita. Pernah gak kita berpikir tentang
isi hati seorang ibu yang sebenarnya terhadap anaknya yang telah berkeluarga?
Pernhakah kita berpikir bahwa ia sedang merindukan kabar kita saat ini? Pikiran
Seorang Ibu “anak gadisku sedang apa ya
sekarang? Apa dia baik-baik saja dengan suaminya kenapa bulan ini dia jarang
menelpon, padahal aku rindu suaranya. Rindu dia berkata cetus padaku, karena
aku selalu memperhatikannnya. Ia masak apa hari ini? Bagaimana ia bersama
suaminya? Bagimana hari-harinya? Semoga dia baik- baik saja. Semoga Allah
selalu menjaga menemani di kehidpan barunya.” Tak pernah lelah seorang ibu
mendo’akan anaknya. Pernahkah sejenak kita memikirkan apa yang beliau inginkan
dari anaknya?
Seorang ayah yang
rindu dengan cucu dan anak laki-lakinya. Pikiran seorang ayah “entah kenapa. cucuku tak mau menemuiku. Dan anakku seakan cuek akan
inginku. Apa karna aku begitu tua. hingga aku tak menjadi menarik lagi bagi mereka.
Aku tahu umurku sekarang beranjak enam puluhan. Tapi aku akan terus menjadi
muda untuk mereka, anak-anakku tersayang. Semoga mereka menganggapku begitu.
Kuingin mengambil perhatian mereka, meski menjadi seseorang yang menjengkelkan
sekalipun. Aku masih ingin disayang oleh mereka hingga akhir hidupku. ada doa
tulusku untuk anak-anakku, kuingin mereka bahagia untuk hidupnya.” Benar kata pepatah: “Cinta anak sepanjang galah,
cinta orang tua sepanjang jalan ".
Ketika impian kita
sebagai seorang anak begitu kompleks, namun tak sebanding berharganya dibanding
impian orangtua yang sangat sederhana, yaitu inginkan anaknya mendoakannya
dimana pun ia berada. Selagi masih ada waktu, mari luangkan hati, pikiran, dan
rasa kita untuk mendoakan dan mengasihi orangtua kita yang sedari kecil
mengasihi, mencintai, lebih dari apapun kepada kita. Mereka sanggup menjadi
punggung untuk kita disaat kita tak mampu berjalan, mereka telah menjadi mata
kita, disaat kita tak mampu melihat bahayanya dunia, mereka bisa tertawa untuk
kita disaat kita bersedih, mereka adalah segalanya. Apapun yang terjadi jangan
pernah lupakan mereka, ingatlah, meski hanya lewat doa.
Quotes : Seberhasil
apapun kita, sepintar apapun kita, secerdas apapun kita, jika tak mampu membahagiakan
orang tua, kita bukanlah apa-apa. Karena Ridha Allah SWT adalah Ridha orang tua
kita. Berbuat baiklah kepada mereka. -–Iqbal Fahrezi--
0 komentar:
Post a Comment