Manusia
merupakan makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah Ta’ala, yang memiliki
otak untuk berfikir dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang
pantas untuk diharapkan dan mana yang tidak pantas untuk didapatkan.
Kita
sebagai manusia selalu memiliki keinginan untuk menggapai suatu keberhasilan.
Tidak ada manusia yang ingin mengalami kegagalan bahkan masuk kedalam lubang
yang sama dan terus terpuruk dalam kegagalan. Tatkala seorang mahasiswa mengharapkan
sebuah prestasi akademik yang baik. Kemudian seorang pengusaha pasti selalu
mengharapkan keuntungan yang besar. Dan seorang pilot pasti mengharapkan agar
dapat take off dan landing dengan selamat. Bahkan seorang penulis buku pun
pasti mengharapkan agar bukunya dapat diminati oleh banyak orang. Begitupun
dengan kita, kita pasti mengharapkan keberhasilan dalam setiap aktivitas yang
kita lakukan.
Namun,
terkadang kita malah menginginkan hal yang memang belum pantas dan sulit untuk
kita jangkau. Bahkan kita rela berkorban apapun demi mendapatkan sesuatu
tersebut. Hingga hal tak layak pun kita korbankan. Apa yang membuat kita selalu
mengharapkan sesuatu yang belum tentu bisa menjadi milik kita?
Allah
Ta’ala berfirman yang artinya “Diwajibkan
atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi
sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal
itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui”. (Q.S. Al Baqarah: 216).
Dari
ayat suci tersebut kita bisa belajar bahwa ketika kita menyenangi sesuatu, kita
kagum, hingga timbul rasa untuk mendapatkan sesuatu tersebut, tapi siapa yang
bisa menjamin bahwa apa yang kita senangi itu baik bagi diri kita? Tidak ada
jaminan apapun bahkan tidak ada seorang manusia yang berani menjamin bahwa apa
yang ia inginkan adalah sesuatu yang baik baginya. Dan juga sebaliknya, tidak ada
yang berani menjamin bahwa apa yang tidak kita sukai, tidak baik bagi kita. Allah
Ta’ala Maha Mengetahui apa yang memang pantas kita miliki.
Kita
sering sekali menginginkan seuatu yang belum pantas untuk kita miliki hanya
karena kita pernah menjangkau sesuatu yang kita inginkan, sehingga kita terlalu
optimis. Bukan berarti kita harus pesimis, bukan seperti itu. Kita boleh
optimis untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, namun kita harus kenali
keinginan kita yang dibarengi dengan introspeksi diri atas pantas atau tidaknya
diri kita sendiri dalam menjangkau keinginan tersebut.
Tatkala
pada suatu ketika, kita kehilangan sesuatu yang berharga dalam diri kita. Kita mengeluh,
menyesali, hingga kita berfikir bahwa tidak akan ada yang bisa menggantikan
sesuatu yang berharga tersebut. Mungkin pada saat itu kita sedang gelisah,
risau, khawatir sehingga kita berfikir demikian. Tapi kenyataannya sama sekali
tidak. Allah Ta’ala menguji kita dengan berbagai cara karena sayang kepada
hamba Nya. Allah Ta’ala mengambil apa yang seharusnya belum pantas menjadi
milik kita, hanya karena Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih pantas bagi
kita. Dan mugkin ada hikmahnya dibalik hal itu, mungkin saja apabila kita
memiliki sesuatu tersebut kita malah ria, kita malah melakukan hal yang tak
wajar. Segala sesuatu yang kita inginkan, segala sesuatu yang menurut kita
baik, ternyata belum tentu baik menurut Allah Ta’ala.
Kita
pasti pernah berhasil mendapatkan hal yang kita inginkan sehingga kita belum
merasa puas dan timbul keinginan lainnya yang belum pantas menjadi milik kita. Ketika
kita punya keinginan, kenali keinginan itu dan sandingkan dengan diri kita,
apakah kita sudah wajar atau sudah pantas memilikinya. Kita boleh optimis, namun
jangan terlalu optimis. Bukan berarti harus pesimis.
Dahulukan
apa yang bisa kita lakukan. Tidak mesti kita terlalu banyak berkhayal tentang
hal belum tentu bisa kita dapatkan. Sangat banyak pilihan dalam hidup. Kita tidak
bisa berpaku pada satu keinginan yang belum tentu baik bagi diri kita. Jangan merasa
kalah dan gagal ketika kita tidak bisa mendapatkan yang kita inginkan, karena
diluar sana masih banyak sekali sesuatu yang pantas untuk menjadi milik kita. Satu
hal yang perlu kita ingat, tidak selamanya kegagalan itu menandakan ketidakmampuan
kita untuk mencapai suatu tujuan. Gagal mendapatkan apa yang kita inginkan seharusnya
menjadi pelajaran bagi kita. Bukan terus menikmati rasa kegagalan itu.
Kita
mungkin sering mendengar kata-kata mutiara “Kegagalan adalah awal dari
keberhasilan”. Ternyata hal ini memang terbukti. Seorang Thomas Alfa Edisson
mengalami ratusan kegagalan sebelum akhirnya mampu menemukan lampu. Seorang
Bill Gates harus rela dikeluarkan dari kampusnya sebelum akhirnya ia membangun
kerajaan IT dunia yaitu Microsoft. Banyak orang yang telah bekerja keras siang
dan malam, bahkan sampai menghabiskan sebagian besar waktu, tenaga, bahkan
hartanya hanya untuk meraih impiannya, pada akhirnya harus mengalami kegagalan
yang pahit.
Berhasil
atau tidaknya kita dalam mendapatkan apa yang kita inginkan hanya melalui dua
cara, yaitu Ikhtiar, selalu berusaha dan bekerja keras, dan Tawaqal hanya Allah
Ta’ala. Semoga dengan tulisan ini, memberi motivasi untuk kita semua.
Baca Juga:
Baca Juga:
- http://coffeebreakif.blogspot.co.id/2017/02/karena-hidup-tak-sepahit-kopi-dan-tak_6.html
- http://coffeebreakif.blogspot.co.id/2017/02/makna-dibalik-filosofi-kopi.html
- http://coffeebreakif.blogspot.co.id/2017/02/kenapa-harus-menulis.html
- http://coffeebreakif.blogspot.co.id/2017/02/mahasiswa-semester-akhir.html
0 komentar:
Post a Comment