Salam
Sukses para pembaca Coffee Break! Mari istirihat sejenak, buat para mahasiswa
atau bahkan mantan mahasiswa, nyantai dulu sambilan ngopi, kita lemaskan otot
mata kita sejenak dengan membaca tulisan yang semoga menjadi manfaat bagi kita
semua. Nah, kali ini saya akan sedikit membahas tentang Mahasiswa Semester
Akhir. Seperti yang kita ketahui, bahwa mahasiswa semester akhir adalah
mahasiswa yang mulai berpikir panjang, mahasiswa yang mulai berpikir keras
hanya untuk 1 tujuan, ya benar, hanya untuk 1 tujuan, yaitu WISUDA.
Sebagai
mahasiswa yang mulai beranjak semester akhir, kita pasti akan dihadapkan dengan
masa-masa yang bisa dibilang, masa galau. Didalam masa galau ini kita akan dikejar-kejar
oleh waktu, dikejar oleh tugas akhir yang harus segera diselesaikan, hingga pada
akhirnya kita mengejar dosen untuk bimbingan skripsi. Bahkan sebagian dari kita
terkadang belum mendapatkan judul untuk menyelesaikan tugasnya disemester
akhir. Namun istimewaan kita sebagai mahasiswa semester akhir, kita memiliki
tingkat kesabaran yang jauh lebih baik, yang belum tentu dimiliki oleh junior
kita. Kesabaran seperti apa? Kesebaran dalam menunggu dosen bimbingan pastinya,
kita pasti pernah menunggu berjam-jam, berhari-hari, ketika sudah lama menunggu
tiba-tiba dosennya ada kesibukan mendadak, apa yang harus kita lakukan? Hanya bisa
bersabar dan menghargai beliau. Ketika kita akan konsul mengenai tugas akhir
kita yang dengan susah payah kita kerjakan, dan pada akhirnya kita harus revisi
bahkan berkali-kali. Apa yang harus kita lakukan? Lagi-lagi hanya bisa bersabar
dan memperbaiki kesalahan. Maka dari itu, menunggu, revisi, dan gagal bukan hal
yang biasa dihadapi oleh mahasiswa semester akhir. Selain itu, mahasiswa
semester akhir biasanya lebih paham akan suasana kampus, lebih paham dan lebih
kenal dengan dosen-dosen walau terkadang dosen belum tentu kenal dengan kita.
Namun
dibalik itu semua ada beberapa dari kita terkadang ia merasa minder karena telat
selesai, belum dapat judul, dan alasan lain hingga akhirnya timbul rasa malas
dari dirinya sehingga enggan untuk menyelesaikan tugas akhirnya. Tatkala kita
merasa sedih ketika kita mulai ditinggal wisuda oleh teman-teman satu angkatan
kita. Dan bahkan kita selalu berpikir bahwa skripsi seperti hantu yang selalu
menggentayangi sambil berkata, “Selesaikan aku! Cepat! Jangan malas!”. Pasti akan
timbul pertanyaan di dalam diri kita, Apa yang membuat kita berbeda dari
mahasiswa satu angkatan lainnya? Apa yang membuat kita menjadi malas untuk
mengejar apa yang sudah sepatutnya untuk kita kejar?
Memang
sangat kita akui, semester akhir memang semester yang paling sulit untuk
dijalani. Namun kita tidak akan tau sesulit apa sih semester akhir sebelum kita
mencoba menjalaninya dengan kemampuan kita sendiri. Kita harus banyak berkorban
jika kita ingin mendapatkan sesuatu. Lebih sering yang terkorbankan adalah
tenaga, waktu dan uang.
Ketika
kita malas, tidak berusaha sedikit pun, maka kita tidak akan pernah merasa puas
karena kita gagal dalam kemalasan kita sendiri. Namun jika kita sudah berusaha
semaksimal mungkin dan pada akhirnya kita malah tersandung kegagalan di tengah
jalan, kita pasti merasa lebih puas. Kita puas, karena kita lebih tau kemampuan
kita sejauh apa, yang kemudian kita jatuh karena sudah berusaha, kita lebih
puas. Kita juga bisa belajar dari kegagalan tersebut. Beda halnya dengan orang
yang gagal dalam kemalasan.
Apa
yang membuat kita gagal? Apakah kemampuan kita yang terbatas? Maka dari itu carilah
hal yang memang setara dengan kemampuan yang kita miliki. Dari mana kita
menegetahui batas kemampuan kita? Tepatnya adalah dari kegagalan yang pernah
kita alami. Memang banyak sekali orang berkata bahwa kemampuan yang kita miliki
sebenarnya lebih dari apa yang kita pikirkan. Akan tetapi, semua itu belum
terbukti jika kita tidak berusaha, tidak berbuat. Apabila kita sudah berusaha,
kita akan tau sejauh mana kemaampuan kita, sejauh mana keilmuan yang kita
miliki, sehingga kita bisa mencari dan mencoba hal yang seimbang dengan
keilmuan kita sendiri.
Tapi
kita tak perlu bersedih. Biarkan mereka lebih dahulu sukses dari pada kita. Yang
perlu kita ketahui adalah disetiap kegagalan yang kita alami, selalu ada
kesuksesan yang tertunda. Kita harus lebih jeli mengkoreksi apa yang membuat
kesuksesan kita tertunda. Revisi skripsi bukanlah hal yang menakutkan, kerjakan
skripsi hingga selesai, sebelum skripsi yang mengerjakan kita. 1 hari menunda
skripsi, maka kita 1 hari menunda pernikahan. Bener gak? Jelas bener donk, toh
kelak kita juga akan menikah dengan siapapun setelah kita sukses nantinya.
Dan wahai para junior, jangan lah kita menertawakan senior
kita yang telat selesai kuliahnya. Karena apa yang mereka jalani lebih sulit
dari apa yang kalian jalani. Kelak kalian juga akan berada diposisi mereka,
belajarlah dari kegagalan mereka, bukan malah mencibir, menertawakan bahkan
meremehkan mereka, itu salah besar. Mereka sudah pernah berada diposisi kalian,
namun kalian belum pernah merasakan diposisi mereka. Hargai kegagalan orang
lain, terutama mahasiswa semester akhir. Jadikanlah motivasi yang bersifat
membangun bagi diri kita setiap kali kita dihadapkan oleh orang yang terjatuh
akan kegagalan. Hidup ini layaknya roda yang terus berputar didalam lumpur.
Saat ini kita berada di atas, namun ada saatnya kita juga
akan berada di bawah merasakan lumpur yang sama. Lakukan hal yang memang sudah
sepatutnya untuk dilakukan. Banyak yang bilang bahwa keberhasilan bukan
ditentukan oleh orang lain. Tapi menurut saya keberhasilan kita sangat
ditentukan oleh orang lain yang merasakan manfaat dari keberhasilan kita, namun
semua itu tak luput dari kemauan dan usaha dari diri kita sendiri, karena manusia
yang berhasil di dunia ini adalah manusia yang bermanfaat bagi makhluk hidup
lainnya. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menunjang semangat mahasiswa
semester akhir.
0 komentar:
Post a Comment