Motivasi & Inspirasi

Thursday, 9 February 2017

Mahasiswa Semester Akhir


Salam Sukses para pembaca Coffee Break! Mari istirihat sejenak, buat para mahasiswa atau bahkan mantan mahasiswa, nyantai dulu sambilan ngopi, kita lemaskan otot mata kita sejenak dengan membaca tulisan yang semoga menjadi manfaat bagi kita semua. Nah, kali ini saya akan sedikit membahas tentang Mahasiswa Semester Akhir. Seperti yang kita ketahui, bahwa mahasiswa semester akhir adalah mahasiswa yang mulai berpikir panjang, mahasiswa yang mulai berpikir keras hanya untuk 1 tujuan, ya benar, hanya untuk 1 tujuan, yaitu WISUDA. 

Sebagai mahasiswa yang mulai beranjak semester akhir, kita pasti akan dihadapkan dengan masa-masa yang bisa dibilang, masa galau. Didalam masa galau ini kita akan dikejar-kejar oleh waktu, dikejar oleh tugas akhir yang harus segera diselesaikan, hingga pada akhirnya kita mengejar dosen untuk bimbingan skripsi. Bahkan sebagian dari kita terkadang belum mendapatkan judul untuk menyelesaikan tugasnya disemester akhir. Namun istimewaan kita sebagai mahasiswa semester akhir, kita memiliki tingkat kesabaran yang jauh lebih baik, yang belum tentu dimiliki oleh junior kita. Kesabaran seperti apa? Kesebaran dalam menunggu dosen bimbingan pastinya, kita pasti pernah menunggu berjam-jam, berhari-hari, ketika sudah lama menunggu tiba-tiba dosennya ada kesibukan mendadak, apa yang harus kita lakukan? Hanya bisa bersabar dan menghargai beliau. Ketika kita akan konsul mengenai tugas akhir kita yang dengan susah payah kita kerjakan, dan pada akhirnya kita harus revisi bahkan berkali-kali. Apa yang harus kita lakukan? Lagi-lagi hanya bisa bersabar dan memperbaiki kesalahan. Maka dari itu, menunggu, revisi, dan gagal bukan hal yang biasa dihadapi oleh mahasiswa semester akhir. Selain itu, mahasiswa semester akhir biasanya lebih paham akan suasana kampus, lebih paham dan lebih kenal dengan dosen-dosen walau terkadang dosen belum tentu kenal dengan kita.

Namun dibalik itu semua ada beberapa dari kita terkadang ia merasa minder karena telat selesai, belum dapat judul, dan alasan lain hingga akhirnya timbul rasa malas dari dirinya sehingga enggan untuk menyelesaikan tugas akhirnya. Tatkala kita merasa sedih ketika kita mulai ditinggal wisuda oleh teman-teman satu angkatan kita. Dan bahkan kita selalu berpikir bahwa skripsi seperti hantu yang selalu menggentayangi sambil berkata, “Selesaikan aku! Cepat! Jangan malas!”. Pasti akan timbul pertanyaan di dalam diri kita, Apa yang membuat kita berbeda dari mahasiswa satu angkatan lainnya? Apa yang membuat kita menjadi malas untuk mengejar apa yang sudah sepatutnya untuk kita kejar? 

Memang sangat kita akui, semester akhir memang semester yang paling sulit untuk dijalani. Namun kita tidak akan tau sesulit apa sih semester akhir sebelum kita mencoba menjalaninya dengan kemampuan kita sendiri. Kita harus banyak berkorban jika kita ingin mendapatkan sesuatu. Lebih sering yang terkorbankan adalah tenaga, waktu dan uang.
Ketika kita malas, tidak berusaha sedikit pun, maka kita tidak akan pernah merasa puas karena kita gagal dalam kemalasan kita sendiri. Namun jika kita sudah berusaha semaksimal mungkin dan pada akhirnya kita malah tersandung kegagalan di tengah jalan, kita pasti merasa lebih puas. Kita puas, karena kita lebih tau kemampuan kita sejauh apa, yang kemudian kita jatuh karena sudah berusaha, kita lebih puas. Kita juga bisa belajar dari kegagalan tersebut. Beda halnya dengan orang yang gagal dalam kemalasan. 


Apa yang membuat kita gagal? Apakah kemampuan kita yang terbatas? Maka dari itu carilah hal yang memang setara dengan kemampuan yang kita miliki. Dari mana kita menegetahui batas kemampuan kita? Tepatnya adalah dari kegagalan yang pernah kita alami. Memang banyak sekali orang berkata bahwa kemampuan yang kita miliki sebenarnya lebih dari apa yang kita pikirkan. Akan tetapi, semua itu belum terbukti jika kita tidak berusaha, tidak berbuat. Apabila kita sudah berusaha, kita akan tau sejauh mana kemaampuan kita, sejauh mana keilmuan yang kita miliki, sehingga kita bisa mencari dan mencoba hal yang seimbang dengan keilmuan kita sendiri. 

Tapi kita tak perlu bersedih. Biarkan mereka lebih dahulu sukses dari pada kita. Yang perlu kita ketahui adalah disetiap kegagalan yang kita alami, selalu ada kesuksesan yang tertunda. Kita harus lebih jeli mengkoreksi apa yang membuat kesuksesan kita tertunda. Revisi skripsi bukanlah hal yang menakutkan, kerjakan skripsi hingga selesai, sebelum skripsi yang mengerjakan kita. 1 hari menunda skripsi, maka kita 1 hari menunda pernikahan. Bener gak? Jelas bener donk, toh kelak kita juga akan menikah dengan siapapun setelah kita sukses nantinya. 

Dan wahai para junior, jangan lah kita menertawakan senior kita yang telat selesai kuliahnya. Karena apa yang mereka jalani lebih sulit dari apa yang kalian jalani. Kelak kalian juga akan berada diposisi mereka, belajarlah dari kegagalan mereka, bukan malah mencibir, menertawakan bahkan meremehkan mereka, itu salah besar. Mereka sudah pernah berada diposisi kalian, namun kalian belum pernah merasakan diposisi mereka. Hargai kegagalan orang lain, terutama mahasiswa semester akhir. Jadikanlah motivasi yang bersifat membangun bagi diri kita setiap kali kita dihadapkan oleh orang yang terjatuh akan kegagalan. Hidup ini layaknya roda yang terus berputar didalam lumpur.

Saat ini kita berada di atas, namun ada saatnya kita juga akan berada di bawah merasakan lumpur yang sama. Lakukan hal yang memang sudah sepatutnya untuk dilakukan. Banyak yang bilang bahwa keberhasilan bukan ditentukan oleh orang lain. Tapi menurut saya keberhasilan kita sangat ditentukan oleh orang lain yang merasakan manfaat dari keberhasilan kita, namun semua itu tak luput dari kemauan dan usaha dari diri kita sendiri, karena manusia yang berhasil di dunia ini adalah manusia yang bermanfaat bagi makhluk hidup lainnya. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menunjang semangat mahasiswa semester akhir.

0 komentar:

Post a Comment